Friday


Niat ingin melakukan survei tentang penggunaan alat bantu seks (sex toy) di kampus, para peneliti yang sebagian merupakan mahasiswa kesehatan di Duke University malah diprotes. Studi tentang sex toy dianggap memicu tindakan yang kurang sehat.
Para peneliti dari Duke University merekrut beberapa mahasiswi di Duke University untuk mengikuti penelitian tentang penggunaan sex toy. Partisipan yang mengikuti studi harus wanita berusia minimal 18 tahun dan mau melakukan percakapan seksual dengan peneliti maupun partisipan lainnya.
Studi dilakukan dengan menggunakan konsep sebuah pesta dimana terdapat banyak sex toy. Partisipan lalu diminta untuk menjawab kuesioner tentang perilaku seksualnya dan masuk ke dalam suatu laboratorium untuk menggunakan alat bantu tersebut bersama dengan partisipan lainnya selama satu jam.
Satu bulan kemudian, partisipan diminta untuk mengisi kuesioner tahap kedua. Setelah studi selesai, partisipan akan mendapatkan bingkisan dari produsen alat bantu tersebut dan juga kesempatan untuk membeli alat bantu itu dengan harga promosi.
Berdasarkan hasil studi tersebut, diketahui bahwa rata-rata partisipan pernah memakai alat bantu seks dan sering melakukan masturbasi dengan vibrator atau semacamnya.
Partisipan juga mengaku lebih senang dan aman menggunakan sex toy ketimbang harus melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang mungkin memiliki penyakit menular.
Sebagai ketua dari the Duke Catholic Center, Joe Vetter menganggap studi tersebut sangat mengganggu. Ia pun segera menghubungi peneliti dari Duke University dan melakukan protes atas studi yang dilakukannya.

"Saya hanya kasihan pada pelajar yang ikut studi itu. Mereka sedang dalam masa perkembangan. Saya rasa dengan adanya alat bantu seks itu membuat mereka dan wanita lainnya di kalangan kampus cenderung memilih masturbasi daripada berpasangan. Dan itu tidak sehat untuk hubungan mereka nantinya. Menikah lebih sehat daripada melakukan seks sendirian," ujar Vetter seperti dilansir Health, Kamis (12/11/2009).

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa universitas memang menyarankan pemakaian sex toy sebagai alternatif untuk menghindari perilaku seks menyimpang dan juga mencegah penularan penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual) di kalangan kampus.

sumber : http://health.detik.com